Oleh: Ust. H. Buchori Al-Aroby
Disampaikan pada Acara Buka Puasa Bersama
di Kantor AQOBAH Tour & Travel PT. IBS. Buana Sejahtera
Jln. Mandar Utama Bitaro Jaya Tangsel.
Sabtu, 02 Juli 2016
Sabtu, 02 Juli 2016
Assalamualaikum Worohmatullahi wabarokaatuh
Sebagai manusia tentu sadar bahwa pada awalnya manusia kita ini tida ada,
kemudian dibikin ada, dan kemudian lagi dibikin tidak ada. Artinya bahwa
manusia ini, “ada dari ketiadaan” dan tentu saja secara logika pasti meyakini
bahwa ada Zat yang maha besar, Zat yang
maha Agung yang disebut sebagai “Al-Kholik” atau “Sang Pencipta” Dialah
yang menciptakan manusia dari ketiadaan menjadi berada, dan kelak Dia pula lah
yang akan melenyapkan manusia dari atas muka bumi ani, yaitu Allah SWT. oleh
karena itulah manusia butuh “ikatan” manusia butuh “aturan”
manusia butuh “tali” untuk mengendalikan manusia dalam tindakannya, maka
Allah turunkan para Nabi dan Rasul yang dilengkapi dengan Kitab Sucinya untuk
mengatur setiap gerakan, kemauan, keinginan dan cita-cita manusia.
Malaikat tidak diatur oleh wahyu, karena Malaikat sejak di ciptakan, Allah
tidak memberikan kebebasan kepada Malaikat untuk memilih, seperti dalam Al-qur’an
“Malaikat itu selalu taat kepada Allah” karena Allah tidak memberikan nafsu
kepada malaikat. Sebaliknay Iblis pun demikian, iblis tidak diberikan hak bebas
untuk memilih, sebab hanya karena kesalaha sekali, iblis langsung mendapat cap
dari Allah sebagai “Makhluk Allah yang Dholim” dan pasti masuk kedalam
neraka, dan tidak ada pintu thobat untuk iblis karena iblis tercipta tidak
punya hak untuk memilih.
Manusia berbeda dengan malaikat dan iblis, malaikat diberikan kekuasaan,
kewenangan, kebebasan, kendati ada yang disebut “Sunnatullah”, atau keketapan
Allah, tetapi bahwasanya sunnatullah dan ketetapan Allah ini sifatnya rahasia, agar
manusia bercermin tentang nasibnya dan kehidupannya di masa yang akan datang “Saqiyyun
aw Sai’dun” apakah dia termasuk “Orang-orang yang berbahagia ataukan orang-orang
yang celaka di akhirat”, maka suratan Takdir itu dirahasiakan oleh Allah
SWT.
Itulah kenapa Allah kirim para Nabi dan Rasul untuk memberikan peringatan dan menuntun manusia, Rasul sebagai “uswah” dan “qudwah” yaitu “sebagai suri tauladan, sebagai imam dan panutan”. Jadi manusia yang terbaik itu adalah manusia yang beragama, karena bayak teori tentang Ateisme (orang yang tidak beragama) itu diruntuhkan oleh manusia dan kemajuan Ilmu dan Teknologi, bahwasanya Ilmu dan Teknologi telah membuktikan bahwasanya keberadaan Alam Jagad Raya beserta isinya ada yang menciptakan yaitu Allah SWT. manusia meyakini itu, berarti mendesak untuk beragama, agama adalah “Attaaun” atau “ikatan” antara manusia dengan Sang Pencipta, implementasi dari ikatan tersebut diantaranya adalah puasa, karena puasa adalah wujud dari keberagaman seseorang. Jadi orang yang berpuasa adalah orang yang beragama. Menjaga agama dengan cara sholat lima waktu, puasa, zakat dan haji, dan ibadah-badah lainnya. Tetapi satu hal yang sulit di kerjakan, yang pernah Nabi Muhammad SAW. ajarkan kepada para sahabat: “Katakan: aku beriman kepada Allah, dan Istiqomahlah dalam keimananmu”, jadi yang paling susah itu Istiqomah, karena bisa saja dibulan Ramadhan ini, rajin sekali melaksanakan ibadah yang wajib dan sunnah tetapi nanti setelah Ramadhan kita jauh dari Ibadah. Nauzubillahi min zalik....
Wabillahi taufiqi wal Hidayah...
Wassalamualaikum Worohmatullahi wabarokaatuh
0 komentar:
Posting Komentar